19 September 2015
Ibu yang telah berhasil berhenti merokok pada masa kehamilannya ternyata cenderung kembali merokok setelah si bayi lahir jika mereka merasa stres. Hal ini terungkap dari sebuah penelitian terbaru di University of East Anglia, Norwich, UK.
Namun, hal tersebut lebih banyak terjadi pada wanita yang tidak mendapat dukungan berhenti merokok dari pasangan dan lingkungan sekitarnya. Sementara pada wanita yang merasa memperoleh dukungan, ia akan terus menghindari kebiasaan merokok.
"Lebih banyak perempuan yang berhenti merokok selama kehamilan jika dibandingkan dengan waktu lainnya. Tetapi, sebanyak 90 persen wanita kembali merokok dalam waktu satu tahun setelah bayi mereka lahir. Hal ini terutama berlaku pada perempuan dalam kelompok sosial ekonomi rendah," ujar kepala peneliti, Dr Caitlin Notley, dari UEA Norwich Medical School, seperti dikutip dari Science Daily,dan ditulis pada Sabtu (18/9/2015).
Dalam rilisnya, penelitian ini menemukan bahwa banyak wanita yang menganggap merokok sebagai cara mengatasi stres. Bahkan beberapa di antara mereka juga percaya bahwa perubahan fisiologis pada saat hamil mengurangi keinginan mereka untuk merokok. Namun, pasca melahirkan, mereka cenderung kembali merokok karena berbagai pengaruh, termasuk dari lingkungan sekitar.
Dr Notley juga mengungkapkan bahwa dalam penelitiannya, mayoritas wanita yang telah berhasil tidak merokok saat masa kehamilan mengatakan bahwa dukungan dari pasangan mereka merupakan faktor kuat untuk menjaga mereka terus berhenti merokok.
Suami yang juga ikut berhenti merokok, atau setidaknya mengurangi kebiasaan perilaku merokok, sehingga sangat membantu agar ibu tetap tidak merokok.
"Selain itu, suami yang membantu merawat anak dapat mengurangi stres pada wanita yang berujung pada keinginan untuk kembali merokok. Sebab, kami menemukan fakta bahwa sangat sulit bagi seorang perempuan untuk tetap tidak merokok ketika pasangan mereka juga seorang perokok," tambah Dr Notley.
Pasangan yang mendukung merupakan kunci utama agar si wanita tetap terus berpuasa merokok. Namun, dukungan dari tenaga kesehatan juga tidak kalah pentingnya. Untuk itu, para tenaga kesehatan sebaiknya terus memotivasi agar ibu yang sedang hamil maupun pasca melahirkan tetap menjauhi kebiasaan merokok.
"Banyak wanita merasa bahwa merokok setelah melahirkan masih bisa diterima asalkan mereka merokok di tempat yang jauh dari anak. Fokus mereka adalah pada kesehatan anak-anak mereka, tetapi mereka malah tidak berpikir tentang konsekuensi kesehatan jangka panjang pada diri mereka sendiri sebagai ibu," tutup Dr Notley.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Addiction ini mewawancara lebih dari 1.000 ibu. Tujuannya adalah untuk memahami faktor-faktor apa saja yang membuat si ibu mampu berhenti merokok saat masa kehamilan, serta untuk mengidentifikasi cara-cara pencegahan agar para ibu tidak kembali merokok pasca melahirkan.
Sumber : http://health.detik.com/read/2015/09/19/110610/3023236/764/ini-penyebab-wanita-perokok-bisa-ngebul-lagi-usai-melahirkan
Ibu yang telah berhasil berhenti merokok pada masa kehamilannya ternyata cenderung kembali merokok setelah si bayi lahir jika mereka merasa stres. Hal ini terungkap dari sebuah penelitian terbaru di University of East Anglia, Norwich, UK.Namun, hal tersebut lebih banyak terjadi pada wanita yang tidak mendapat dukungan berhenti merokok dari pasangan dan lingkungan sekitarnya. Sementara pada wanita yang merasa memperoleh dukungan, ia akan terus menghindari kebiasaan merokok.
"Lebih banyak perempuan yang berhenti merokok selama kehamilan jika dibandingkan dengan waktu lainnya. Tetapi, sebanyak 90 persen wanita kembali merokok dalam waktu satu tahun setelah bayi mereka lahir. Hal ini terutama berlaku pada perempuan dalam kelompok sosial ekonomi rendah," ujar kepala peneliti, Dr Caitlin Notley, dari UEA Norwich Medical School, seperti dikutip dari Science Daily,dan ditulis pada Sabtu (18/9/2015).
Dalam rilisnya, penelitian ini menemukan bahwa banyak wanita yang menganggap merokok sebagai cara mengatasi stres. Bahkan beberapa di antara mereka juga percaya bahwa perubahan fisiologis pada saat hamil mengurangi keinginan mereka untuk merokok. Namun, pasca melahirkan, mereka cenderung kembali merokok karena berbagai pengaruh, termasuk dari lingkungan sekitar.
Dr Notley juga mengungkapkan bahwa dalam penelitiannya, mayoritas wanita yang telah berhasil tidak merokok saat masa kehamilan mengatakan bahwa dukungan dari pasangan mereka merupakan faktor kuat untuk menjaga mereka terus berhenti merokok.
Suami yang juga ikut berhenti merokok, atau setidaknya mengurangi kebiasaan perilaku merokok, sehingga sangat membantu agar ibu tetap tidak merokok.
"Selain itu, suami yang membantu merawat anak dapat mengurangi stres pada wanita yang berujung pada keinginan untuk kembali merokok. Sebab, kami menemukan fakta bahwa sangat sulit bagi seorang perempuan untuk tetap tidak merokok ketika pasangan mereka juga seorang perokok," tambah Dr Notley.
Pasangan yang mendukung merupakan kunci utama agar si wanita tetap terus berpuasa merokok. Namun, dukungan dari tenaga kesehatan juga tidak kalah pentingnya. Untuk itu, para tenaga kesehatan sebaiknya terus memotivasi agar ibu yang sedang hamil maupun pasca melahirkan tetap menjauhi kebiasaan merokok.
"Banyak wanita merasa bahwa merokok setelah melahirkan masih bisa diterima asalkan mereka merokok di tempat yang jauh dari anak. Fokus mereka adalah pada kesehatan anak-anak mereka, tetapi mereka malah tidak berpikir tentang konsekuensi kesehatan jangka panjang pada diri mereka sendiri sebagai ibu," tutup Dr Notley.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Addiction ini mewawancara lebih dari 1.000 ibu. Tujuannya adalah untuk memahami faktor-faktor apa saja yang membuat si ibu mampu berhenti merokok saat masa kehamilan, serta untuk mengidentifikasi cara-cara pencegahan agar para ibu tidak kembali merokok pasca melahirkan.
Sumber : http://health.detik.com/read/2015/09/19/110610/3023236/764/ini-penyebab-wanita-perokok-bisa-ngebul-lagi-usai-melahirkan
Posting Komentar